cervical (root) syndrom adalah merupakan kumpulan gejala-gejala dari berbagai macam kondisi orthopedi maupun neurologi yang meliputi regio leher, bahu dan lengan sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari trauma atau perubahan generative (Winkel,1990)
nyeri tengkuk adalah merupakan keluhan yang sering diderita masyarakat . walaupun sangat sedikit data epidemiologi tentang prevalensi dari nyeri tengkuk ini, akan tetapi sebuah study di Norwegia menyebut bahwa prevalensi dari nyeri tengkuk di masyarakat kurang lebih 34%. sedang prevalensi dari nyeri tengkuk yang tergolong kronik (lebih dari 6 bulan)bdiperkirakan mencapai 14%.
berbagai macam kondisi patologis yang dapat menjadi pemicu timbulnya keluhan di regio leher sangat banyak diantaranya : spondylosis cervikalis, tortikolis, whisplan injury, HNP cervikalis, shoulder hand syndrom, tension head ache, thoracic outlet compression syndrom, migrain, berbagai kondisi pathologis di shoulder girdle, dll.
MANUAL THERAPY
keluhan nyeri sering dikeluhkan pasien di sekitar leher, punggung atas dan ekstremitas atas, merupakan suatu permasalahan yang kompleks yang memerlukan pendekatan secara komprehensif. pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh dan mengarahkan kita pada penyebab atau jaringan yang terlibat pada permasalahan nyeri tersebut.
manual therapy adalah merupakan suatu teknik therapy yang menggunakan tangan (manual) yang dilakukan oleh fisioterapi yang telah mendapatkan pelatihan khusus untuk itu, tidak hanya meliputi teknik terapinya juga meliputi pemeriksaan yang komprehensif.
DEFINISI
Cervical
Root Syndrome atau syndroma akar saraf leher adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf servikal oleh
penonjolan discus invertebralis, gejalanya adalah nyeri leher yang
menyebar ke bahu, lengan atas atau lengan bawah, parasthesia, dan
kelemahan atau spasme otot.
crs1
Salah satu contoh penyakitnya
adalah Syndrome radikulopati. Radikulopati berarti radiks posterior dan
anterior yang dilanda proses patologik. Gangguan itu dapat setempat
atau menyeluruh.
Dalam mempelajari tentang Cervikal Root Syndroma, ada beberapa istilah yang perlu diketahui sebagai berikut :
1.Anasthesia : hilang perasaan ketika dirangsang ; hipestesia
2.Hiperesthesia : perasaan terasa berlebihan jika dirangsang (kebalikan anasthesia)
3.Parasthesia : perasaan yang timbul secara spontan, tanpa dirangsang ; disebut juga dengan istilah “Kesemutan”.
4.a. Gangguan sensori negative : perasaan abnormal tubuh yang dinamakan anesthesia dan parasthesia.
1.Gangguan
sensori positive : hasil perangsangan pada nosiceptor serta unsur-unsur
saraf yang menghantarkan impuls nyeri ke kortex cerebri.
1.Ataksia : gangguan lintasan proprioseptif.
2.Hipesthesia radikular : hipesthesia dermatomal.
GAMBAR ANATOMI
Pada
daerah leher, banyak terdapat jaringan yang bisa merupakan sumber
nyeri. Biasanya rasa nyeri berasal dari jaringan lunak atau ligament,
akar saraf, faset artikular, kapsul, otot serta duramater. Nyeri bisa
diakibatkan oleh proses degeneratif, infeksi/inflamasi, iritasi dan
trauma. Selain itu perlu juga diperhatikan adanya nyeri alih dari organ
atau jaringan lain yang merupakan distribusi dermatomal yang dipersarafi
oleh saraf servikal.
anatomi cervical
Radiks anterior dan
posterior bergabung menjadi satu berkas di foramen intervertebral dan
disebut saraf spinal. Berkas serabut sensorik dari radiks posterior
disebut dermatome. Pada permukaan thorax dan abdomen, dermatome itu
selapis demi selapis sesuai dengan urutan radiks posterior pada
segmen-segmen medulla spinalis C3-C4 dan T3-T12. Tetapi pada permukaan
lengan dan tungkai, kawasan dermatome tumpang tindih oleh karena berkas
saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas melainkan menyusun plexus
dan fasikulus terkebih dahulu baru kemudian menuju lengan dan tungkai.
Karena itulah penataan lamelar dermatome C5-T2 dan L2-S3 menjadi agak
kabur.
Segala sesuatunya yang bisa merangsang serabut sensorik pada
tingkat radiks dan foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri
radikuler, yaitu nyeri yang berpangkal pada tulang belakang tingkat
tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatome radiks posterior yang
bersangkutan. Osteofit, penonjolan tulang karena faktor congenital,
nukleus pulposus atau serpihannya atau tumor dapat merangsang satu atau
lebih radiks posterior.
Pada umumnya, sebagai permulaan hanya satu
radiks saja yang mengalami iritasi terberat, kemudian yang kedua lainnya
mengalami nasib yang sama karena adanya perbedaan derajat iritasi,
selisih waktu dalam penekanan, penjepitan dan lain sebagainya. Maka
nyeri radikuler akibat iritasi terhadap 3 radiks posterior ini dapat
pula dirasakan oleh pasien sebagai nyeri neurogenik yang terdiri atas
nyeri yang tajam, menjemukan dan paraestesia.
Nyeri yang timbul pada
vertebra servikalis dirasakan didaerah leherdan belakang kepala
sekalipun rasa nyeri ini bisa di proyeksikan ke daerah bahu, lengan
atas, lengan bawab\h atau tangan. Rasa nyeri di picu/diperberat dengan
gerakan/posisi leher tertentu dan akan disertai nyeri tekan serta
keterbatasan gerakan leher.
DIAGNOSA
A. ANAMNESA
Anamnesa
adalah hal-hal yang menjadi sejarah kasus pasien, juga berguna untuk
menentukan diagnosa, karena misalnya dengan pendekatan psikiatri
terhadap depresinya yang kadang merupakan factor dasar nyeri bahu ini.
Gejala-gejala yang mungkin nampak pada inspeksi dan palpasi, misalnya :
1.Nyeri kaku pada leher
2.Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan
3.Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps
4.berkurangnya reflex biceps
5.Dijumpai
nyeri alih (referred pain) di bahu yang samar, dimana “nyeri bahu”
hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan
infrascapula atas.
B. PEMERIKSAAN / TES KHUSUS
Untuk tes-tes khusus yang harus dilakukan sebenarnya banyak, misalnya :
1. Tes Provokasi
Tes
Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi
leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian
berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat
nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi
kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna
mendeteksi adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika
dalam keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual
dengan cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi
leher secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal
berkurang.
2. Tes Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan
menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks
syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks
syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun
penyebab lain belum dapat disingkirkan.
3. Tindakan Valsava
Dengan
tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak ruang
di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya
tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini
sesuai dengan tingkat proses patologis dikanalis vertebralis bagian
cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini
adalah pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil
positif bila timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke
lengan.
PENGOBATAN
A. OBAT
Obat penghilang nyeri
atau relaksan otot dapat diberikan pada fase akut. Obat-obatan ini
biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-obatan yang banyak
digunakan biasanya dari golongan salisilat atau NSAID. Bila keadaan
nyeri dirasakan begitu berat, kadang-kadang diperlukan juga analgetik
golongan narkotik seperti codein, meperidin, bahkan bisa juga diberikan
morfin. Ansiolitik dapat diberikan pada mereka yang mengalami ketegangan
mental. Pada kondisi tertentu seperti nyeri yang diakibatkan oleh
tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih awal dapat
mempercepat proses perbaikan. Kepala sebaiknya diletakan pada bantal
servikal sedemikian rupa yaitu sedikit dalam posisi flexi sehingga
pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan kearah lateral.
Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri,terutama pada spondilosis
servikalis atau kelompok nyeri non spesifik.
Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:
•Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)
•Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)
•Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)
•Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)
•Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)
•Vit. B1, B6, B12
B. FISIOTERAPI
Tujuan
utama penatalaksanaan adalah reduksi dan resolusi nyeri, perbaikan atau
resolusi defisit neurologis dan mencegah komplikasi atau keterlibatan
medulla spinalis lebih lanjut.
1. Traksi
Tindakan ini dilakukan
apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak berkurang atau pada pasien
dengan gejala yang berat dan mencerminkan adanya kompresi radiks saraf.
Traksi dapat dilakukan secara terus-menerus atau intermiten.
Traksi
2. Cervical Collar
Pemakaian
cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta
mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu
jenis collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu
jenis collar yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital
Mandibular Immobilizer).
Collar digunakan selama 1 minggu secara
terus-menerus siang dan malam dan diubah secara intermiten pada minggu
II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan
imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya yaitu
diantaranya berupa atrofi otot serta kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu
ini biasanya cukup untuk mengatasi nyeri pada nyeri servikal non
spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks saraf, adakalanya
diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling
dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar.
Cervical Collar
3. Thermoterapi
Thermoterapi
dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri. Modalitas
terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi servikal untuk
relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4 kali sehari
selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30 menit 2-3
kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang
memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah
pragmatik tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.
Thermoterapi
4. Latihan
Berbagai
modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher. Latihan bisa
dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah anterior,
latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu proses
penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi. Pengurangan
nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi dengan
melakukan pijatan.
C. OPERASI
Tindakan operatif lebih banyak
ditujukan pada keadaan yang disebabkan kompresi terhadap radiks saraf
atau pada penyakit medula spinalis yang berkembang lambat serta
melibatkan tungkai dan lengan. Pada penanggulangan kompresi tentunya
harus dibuktikan dengan adanya keterlibatan neurologis serta tidak
memberikan respon dengan terapi medikamentosa biasa.
D. LARANGAN
Menghindari
bekerja dengan kepala terlalu turun atau satu posisi dalam waktu yang
lama, pegangan dan posisi yang sering berulang.
E. SARAN
Untuk
mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya kembali
bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan
kerja yang baik. Untuk mencegah terjadinya nyeri tengkuk ada beberapa
nasehat yang bermanfaat:
•Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu santai, dagu masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai.
•Tidur dengan bantal atau bantal Urethane.
•Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang benar.
•Pencegahan
nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan posisi saat duduk,
mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang berkaitan dengan berbagai
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.
No comments:
Post a Comment